Apa itu Menjadi Diri Sendiri?

Aisyafirlinda
4 min readOct 10, 2020

--

Be yourself

Gak usah peduliin orang lain bilang apa

Be yourself

Jadi apa aja yang kamu mau

Be yourself

Lakuin apa aja yang kamu suka

Be yourself

Hidup cuma sekali, lakuin sebelum nyesel

Pertama kali aku sangat merasa tertolong dengan ‘Be yourself’ dan semua kata-kata penyemangat untuk menjadi diri sendiri lainnya. Tapi, semakin kesini, semakin aku sadar kalau kata-kata itu, semu.

Menurutku kita gak pernah tau diri sendiri itu kayak apa, membentuk diri sendiri tuh kayak apa. Ibarat hape baru, unitnya memang udah ada, tapi tetep punya buku paduan dan garansi kalau misal terjadi apa-apa, tapi gak bisa klaim kalau misalnya kesalahan terletak pada penggunanya. Meskipun kita dikasih kebebasan untuk install apapun di dalamnya.

Jadi, apa sih ‘Be yourself’?

Baru kemarin saat merenung di depan kaca, aku sadar kalau menjadi diri sendiri itu gak ada. Kita gak pernah tau kita itu kayak apa, harus apa, harus kayak gimana, kita gak pernah tau. Be yourself merasa berhasil menjadi penolong karena kita memang gak tau harus ngelakuin apa.

Hidup punya panduannya sendiri, kita gak mungkin ngelakuin apapun semau kita. Contoh, pengin nerobos lampu merah, tapi nyatanya ya udah aturannya untuk berhenti, bayangin kalo kita be yourself dan tetep nyerobot lampu merah disaat kendaran lagi ngebut-ngebutnya dari arah lain?

Buatku, hidup itu pilihan. Banyak hal yang bisa dipilih untuk dilakuin, bukan membebaskan diri untuk ngelakuin apapun, apapun! Bukan!

Apalagi sampe ngelakuin hal yang malah nantinya merugikan diri sendiri. Hidup udah punya paduannya masing-masing, sudah punya pelajaran yang bisa dikaji lagi dari kisah-kisah terdahulu, jadi aneh rasanya kalau mengulang kesalahan yang sama dengan embel-embel be yourself.

Bahkan kadang ketika mau ngelakuin sesuatu pasti kita mikir kan? Nah kalo be yourself kenapa harus pake mikir, dan itulah yang akhirnya membuat aku sadar bahwa, be yourself itu gak ada.

Harus jadi apa kita?

Kita tercipta dari lingkungan kita sendiri, sepanjang perjalanan hidupku sampe sekarang aku baru merasa bahwa aku bisa memilih ‘Mau jadi apa aku’ bukan sekadar mengikuti mauku. Nyatanya manusia cuma punya dua pilihan, baik atau buruk.

Baik atau buruk itu sendiri pun sudah punya standarnya masing-masing dari keyakinan masing-masing, dari Dia yang seutuhnya memiliki jagat raya ini. Bahkan manusia lain pun tau, baik itu seperti apa dan buruk itu seperti apa. Sisanya, kita mau membentuk baik yang seperti apa, atau menjadi buruk yang seperti apa.

Nyatanya, kita akan kembali pada pedoman yang seharusnya manusia itu pilih. Hidup bukan sekedar mati kemudian selesai, hidup nyatanya adalah perjalanan panjang yang gak pernah kita tau kapan berentinya, pas kita lagi ngapain kah, pas hati kita lagi apa kah? Kita gak pernah tau.

Menentukan tujuan

Tujuan ini pun sudah jelas, bila yang percaya akan keyakinannya dia pasti tau kemana dia setelah hidup ini berakhir, jika tidak, yang dia tau dia hanya ingin melakukan apapun sesukanya selagi hidup. Tanpa tujuan, yang penting ‘Aku senang’.

Padahal hidup bukan tentang ‘Yang penting aku senang’ seharusnya, ‘Yang penting aku tenang’. Kalau senang apa sudah pasti tenang? Kan belum tentu. Secara harfiah, manusia punya rasa penyesalan dan auto koreksi diri ketika dia usai melakukan sesuatu, entah secara langsung atau harus menunggu waktu.

Duh tadi persentasi gue bagus gak yaaa

Kok dia tadi langsung diem pas gue ngomong gitu, gue salah ngomong gak ya

Tentu kita akan terus dihantui, salah atau enggak yaa apa yang udah kita lakuin. Gak se-bebas itu, gak se-be yourself itu. Bahkan kalau kita merasa gak peduli secara langsung atau gak keliatan peduli, jauh di hati kecil seorang manusia pasti akan ada rasa ganjal kalau ngelakuin suatu hal yang bahkan sebenernya dia tau itu ngerugiin dirinya sendiri ataupun orang lain.

Dan kalau tujuan itu udah ada, kita akan jauh lebih ke-kontrol untuk ngelakuin sesuatu yang memang sesuai mau kita tapi di sisi lain kita tenang buat ngejalaninnya.

Pada akhirnya ketika kita berjuang untuk pasangan, kita gak bisa se-egois itu untuk terus-terusan sesuai mau kita, kita gak bisa dapetin mereka sampai akhir semisal kita masih mau be yourself tanpa menyesuaikan dengan tujuan dan pasangan kita sendiri.

Ataupun dengan manusia lain, orang tua, sahabat, rekan kerja, kenalan, tentunya gak mungkin kan kita punya hubungan baik kalau kita gak mikirin mereka juga dalam bertindak dan mengambil keputusan?

“Aku jadi sadar, kalau kita memang gak bisa jadi sesuatu yang terus-terusan orang sukain, tapi kita akan bisa jadi sesuatu yang baik ketika kita terus berusaha untuk jadi manusia yang Tuhan sukai.”

Terima kasih, maaf ini hanya sekedar diskusi antara pikiran dengan perasaan sendiri. Jika tidak berkenan gak apa-apa, tapi semoga ada sedikit yang bisa bermanfaat dan melekat.

--

--

Aisyafirlinda
Aisyafirlinda

Written by Aisyafirlinda

Menulis sebagai pengingat untuk diri sendiri. Semoga yang membaca, bisa mengambil kebaikannya.

No responses yet